Kepala Perwakilan bank indonesia provinsi papua, Joko Supratikto. ( Foto: Muhammad Kasim/Bisnis Papua).
JAYAPURA ( Bisnis Papua ) bank indonesia Perwakilan provinsi papua, memproyeksikan pertumbuhan ekonomi papua di tahun ini minus atau jauh lebih rendah dari realisasi tahun 2018. Habisnya cadangan bijih ditambang terbuka menjadi penyebab utama kontraksi pertumbuhan yang terjadi di 2019.
Namun demikian, tingginya intensitas program pemerintah maupun swasta menjelang Pilpres serta dalam rangka persiapan PON XX tahun 2020 berpotensi menjadi factor penahan kontraksi pertumbuhan ekonomi Papua yang lebih dalam.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan ( Kpw ) bank indonesia Papua, Joko Supratikto ada hal yang perlu diperhatikan ditahun 2019, terutama terkait dengan masalah hak peralihan produksi Freeport dari open fit mining menjadi underground mining.
Hal itulah yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi di Papua di 2019 diproyeksikan menjadi minus.
“ minusnya cukup banyak sekitar 5 hingga 5,4 persen, itu kalau pertumbuhan ekonomi secara total,” ujar Joko Supratikto kepada wartawan seusai acara Diseminasi Kajian Ekonomi Regional Papua, di salah satu hotel di Jayapura,Senin ( 8/4/2019 ).
Lanjutnya, tetapi jika dikeluarkan dari sektor tambang, ekonomi papua diproyeksikan masih tumbuh hingga 6 persen.
“kami sangat optimis berkisar 5 hingga 6 persen masih ada pertumbuhan,” imbuhnya.
Sedangkan, lanjut Joko secara makro belum ada kekhawatiran yang berlebihan, meski dari perhitungan secara statistic ada penurunan yang signifikan.
Kemudian, dari sisi kesejahateraan tenaga kerja di Papua, tingkat pengganguran masih rendah secara nasional , akan tetapi tingkat kemiskinan masih cukup tinggi.
“Walaupun angka kemiskinan sudah berkurang tetapi masih cukup tinggi juga, jadi itu juga menjadi perhatian kita bersama,” imbuhnya.
Masih tingginya angka kemiskinan, dijelaskan Joko karena dari sisi komposisi orang yang tidak menggangur tadi sebagian besar bekerja di sektor pertanian yang sipatnya informal, sehingga pendapatannya tidak bisa sebesar orang yang bekerja dari sektor lain atau formal.
Jika dilihat dari sektor pertanian komposisi hanya ada belasan persen kontribusinya terhadap PDRB ( Produk Domestik Regional Bruto ). Sedangkan dari sektor tambang yang tenaga kerjanya hanya sekitar 2 persen berkontribusi pada PDRB sekitar 43 persen.
Sehingga sebaiknya konsentrasi untuk pembangunan ekonomi di Papua ini lebih pada sektor yang banyak tenaga kerjanya.
Oleh karena itu, Joko menyarankan agar lebih baik mengembangkan sektor sektor diluar pertambangan, seperti pertanian, perkebunan , perikanan dan perdagangan, dimana banyak orang asli papua dan pendatang terlibat.
“Sektor itulah yang mungkin kita upayakan bersama tidak hanya dari bank indonesia tetapi juga pemerintah provinsi,” tukasnya. ( Sim ).